STB — Bergelut dengan Diri

Sebelum tutup buku, bagaimana jika kita mencari intisari pokok yang hendak disampaikan oleh penulis? Tapi ini bukan tentang buku yang sedang dibaca.

Halo, aku kembali tepat di sepuluh hari pertama pada tahun 2025. Dua pekan lalu aku sudah menulis dua judul pokok, ceritanya sih untuk penutup sekaligus refleksi dari waktu yang telah berlalu. Tapi yah, kita disini. I mean, tulisannya belum jadi dan aku sedikit lupa mau menuliskan apa :)

* * *

Dua pekan sebelum menutup tahun, berbagai reels dengan tema yang sama. Intinya tentang bagaimana tahun ini berjalan, entah dengan menunjukkan prestasi dan pencapaiannya, proses yang mereka jalani, hingga memamerkan rasa syukur lantaran memanen doa. Tidak jarang pula video dengan text "my pray and my life" dan iringan That's So True — yang entah kenapa seperti kombinasi soulmate, lewat sepanjang aku menggulir layar ponsel.

Omong-omong, membuat kompilasi momen yang dilalui bukan hanya soal tren. Melainkan juga tentang menghargai dan mengapresiasi waktu yang berlalu, mensyukuri setiap anugrah luar biasa yang mungkin saja tidak Allah berikan kepada selain kita atau di waktu yang berbeda.

Aku kembali menilik momen-momen di tahun ini, tidak spektakuler memang. Bukan sebuah kejadian yang membuatku 'terlahir' kembali, atau punya dampak besar bagi (diriku) umat manusia. Waktu aku menulis dua paragraf tadi, aku merasa lagi-lagi tahun ini aku bergelut dengan diri. Agak kecewa sih namun setelah merunut tiap nikmat yang Allah berikan, perasaan kecewa itu hilang. Aku senang dan bersyukur atas tahun 2024, jika dikatakan bergelut dengan diri setidaknya saat ini aku mencoba untuk melompati pagar atas izin-Nya.

Bagaimanapun, perjalanan manusia adalah tentang bergelut dengan diri. Sebuah ungkapan mengatakan bahwa musuh terbesar manusia adalah dirinya sendiri. Kadang ada dua sisi bertolak belakang dan sisi kejelekan-lah yang mendominasi. Kadang nurani mengatakan A, namun tidak dengan lisan. Kadang tindakan mengatakan C, berselisih dengan pikiran yang mengatakan B. Yap, hawa nafsu mendominasi diiringi setan-setan yang berteriak kegirangan. Diperlukan kesadaran jiwa penuh diiringi logika yang mumayyiz untuk menundukkan sisi negatif penghambat diri.

Bagi orang yang tidak menjadi budak atas nafsunya, ia akan segera terbang bebas layaknya kupu-kupu keluar dari kepompong dan siap menjelajah dunia. Tidak selamanya manusia terjerat dengan dirinya, jika ia memilih lepas dari jeratan tersebut maka ia akan berekspresi penuh. Menentukan dan melakukan suatu hal dari kelebihannya, ia bahagia karena telah bertindak begitu pula orang lain yang terkena dampak kebermanfaatannya.

* * *

Di tahun ini, ada beberapa pelajaran yang aku petik setelah bergelut dengan diri. Nggak spesial, mungkin umum bagi orang-orang. Tapi yaa aku harap semoga hal ini dapat tetap diterapkan pada setiap kejadian yang hadir, menjadi pengingat untuk berhati-hati dan memilih jalan yang paling tepat, aamiin.

1. "Semua akan berlalu."
Kalimat mujarab bin penenang ketika ada sesuatu (buruk) yang menimpa. Menyadarkan manusia bahwa roda terus berputar, bergantian menapaki bumi.
Semua akan berlalu, asalkan kita terus bergerak. Mencari tahu tentang apa yang terjadi, melakukan sesuatu untuk memperbaiki diri sebagai solusi, dan memberanikan diri untuk melangkah. Ya, terus melangkah.

2. "Waktu berlalu dengan cepat, pilihan kemarin menentukan posisi saat ini."
Sudah masyhur dan sering aku ulang, wkwkwk. Abahku bilang kira-kira begini intinya, "Apalagi kalau udah tua nduk. Waktu udah nggak terasa lagi, cepat sekali berlalu." Aku tersenyum mendengar tanggapan Abah sambil mengelus tangan beliau yang mulai terlihat tua. Eh, maksudku urat-urat timbul dengan jelas.
Tapi ya kendati ungkapan ini overrated, seringkali manusia lalai dan bertindak semaunya. Subhanallah, astaghfirullah.

3. "Maju dan perjuangkan keinginanmu selagi ada kesempatan dan sumber daya yang Allah anugerahkan."
Pelajaran ini personal sih dan dari sini aku mencoba keluar dari tempurung kura-kura untuk menggapai apa yang aku mau. Alhamdulillah, ada kemudahan dan taufiq dari-Nya.

* * *

Aku nggak bilang kalau tahun kemarin berakhir dengan mulus, malahan sempat ada belokan besar yang aku nggak sangka dan di luar rencana manusia. Pilih belok kanan, risikonya begini. Belok kiri, risikonya begitu. Sempat galau dan bimbang, tapi ngeberaniin diri dalam waktu singkat sambil bisik-bisik,
"Allah Maha Kaya."

Atau ngingat-ngingat kalau,
قُلْ إِنَّ رَبِّى يَبْسُطُ ٱلرِّزْقَ لِمَن يَشَآءُ وَيَقْدِرُ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ ٱلنَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
"Katakanlah: "Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya dan menyempitkan (bagi siapa yang dikehendaki-Nya). akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui."

Dan, ya benar saja. Rezeki nggak cuma dari satu jalan aja, ada banyak jalan yang nggak disangka meskipun mungkin ikhtiarku sebagai manusia juga kurang maksimal. Subhaanallah, betapa Maha Baiknya Allah yaa.

* * *

Alhamdulillahilladzi bini'matihi tatimmush shaalihaat, sudah ya sampai disini dulu kwkwk biar nggak too much. Terimakasih banyak telah membaca, jazaakumullahu khayran <3

📌 Yogyakarta, 10 Januari 2025 | 08:21 WIB

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Sederhana Jatuh Cinta di Sosial Media