RESUME KAJIAN : Adab Menuntut Ilmu
Menuntut Ilmu agama adalah sebuah tugas yang mulia. Maka, ketika kita mengetahui ini adalah tugas yang mulia, maka hendaknya untuk menjalaninya sembari dihiasi dengan adab yang mulia pula.
1. Ikhlas
Dalam menuntut ilmu harus ikhlas karena Allah ta’ala. Tidaklah seseorang mendapatkan ilmu yang bermanfaat kecuali jika ia ikhlas hanya karena-Nya.
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ ۚ وَذَٰلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus. (Al Bayyinah ayat 5)
Kenapa harus ikhlas? Sebab, menuntut ilmu termasuk ibadah. Ibadah yang paling mulia! Sementara syarat diterimanya ibadah adalah niat karena Allah semata alias ikhlas!
Sementara itu Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda,
Dari Amirul Mukminin, Abu Hafsh ‘Umar bin Al-Khattab radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إنَّمَا الأعمَال بالنِّيَّاتِ وإِنَّما لِكُلِّ امريءٍ ما نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إلى اللهِ ورَسُولِهِ فهِجْرَتُهُ إلى اللهِ ورَسُوْلِهِ ومَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُها أو امرأةٍ يَنْكِحُهَا فهِجْرَتُهُ إلى ما هَاجَرَ إليهِ
“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya. Setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya. Siapa yang hijrahnya karena mencari dunia atau karena wanita yang dinikahinya, maka hijrahnya kepada yang ia tuju.” (HR. Bukhari dan Muslim) [HR. Bukhari, no. 1 dan Muslim, no. 1907]
Orang yang menuntut ilmu bukan karena mengharap wajah Allah termasuk orang yang pertama kali dipanaskan api neraka untuknya. Rasulallah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang menuntut ilmu syar’i yang semestinya ia lakukan untuk mencari wajah Allah dengan ikhlas, namun ia tidak melakukannya melainkan untuk mencari keuntungan duniawi, maka ia tidak akan mendapat harumnya aroma surga pada hari kiamat.” (HR. Ahmad)
Selain itu, menuntut ilmu karena selain Allah ta’ala adalah dosa besar.
Orang yang pertama kali diadzab alias masuk neraka, ialah orang yang menuntut ilmu karena sebab mencari sanjungan dari manusia.
Ingat suatu hadits yang memaparkan tiga jenis manusia yang pertama kali dimasukkan kedalam neraka? Hadits ini menjelaskan bahwa orang mati syahid, orang yang mempelajari dan mengajarkan ilmu, dan membaca Al Qur;an serta orang yang kaya dan rajin berbagi, ternyata Allah seret mukanya kedalam neraka.
Karena apa? Karena mereka melakukan semua itu, karena ingin sanjungan dari kaumnya. Ada yang ingin disanjung sebagai seorang alim ataus eorang qori, atau dipuji sebagai dermawan, atau sebagai seorang pemberani. Wal’iyyadzu billah, semoga Allah ta’ala menjauhkan kita dari penyakit riya’ yang menjangkiti hati, aamiin.
Dari Kaab bin Malik radhiallāhu ‘anhu, Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda :
منِ ابتغى العلمَ لِيُباهِيَ به العلماءَ ، أو يُمارِيَ به السُّفهاءَ ، أو تُقبِلَ أفئدةُ الناسِ إليه فإلى النَّارِ.
“Siapa yang mendalami ilmu untuk [1] berbangga di depan ulama, atau [2] mendebat orang-orang bodoh, atau untuk [3] mengambil hati manusia; maka ke neraka dia.” -HASAN- (Shahih Al Jami’, 5930) HR. Al Hakim (I/86) dan Al Baihaqi (Asy-Syu’ab, 1772)
2. Memohon Ilmu Yang Bermanfaat Pada Allah Ta’ala
Hendaklah kita selalu memohon pada Allah ta’ala akan ilmu yang bermanfaat, merasa butuh pada Allah ta’ala. Karena kita tidak dapat mendapatkan sesuatu melainkan atas izin-Nya, dan taufik dari-Nya. Maka sudah sepantasnya kita untuk memohon pada-Nya agar diberi ilmu yang bermanfaat.
Selain itu, kita sudah mengetahui bahwasanya banyak manusia yang diberi ilmu yang ternyata tidak bermanfaat untuknya di akhirat. Menghabiskan waktu bertahun-tahun hanya untuk menuntut ilmu yang tidak diketahui apa manfaatnya.
Allah ta’ala sendiri memerintahkan Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam untuk berdoa memohon ditambahkannya ilmu dalam surat Thoha ayat 114
فَتَعَٰلَى ٱللَّهُ ٱلْمَلِكُ ٱلْحَقُّ ۗ وَلَا تَعْجَلْ بِٱلْقُرْءَانِ مِن قَبْلِ أَن يُقْضَىٰٓ إِلَيْكَ وَحْيُهُۥ ۖ وَقُل رَّبِّ زِدْنِى عِلْمًا
Maka Maha Tinggi Allah Raja Yang sebenar-benarnya, dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al qur'an sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu, dan katakanlah: "Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan". (QS Thaha ayat 114)
Atau, doa yang senantiasa Rasulullah panjatkan di pagi hari,
اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا وَرِزْقًا طَيِّبًا وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً
[Allahumma inni as-aluka ‘ilman naafi’a wa rizqon thoyyibaa wa ‘amalan mutaqobbalaa] “Ya Allah, aku memohon pada-Mu ilmu yang bermanfaat, rizki yang thoyyib dan amalan yang diterima” (HR. Ibnu Majah no. 925, shahih)
Ini adalah doa yang sangat bagus sekali, karena doa ini berisi permintaan yang sangat kompleks, yakni ilmu yang bermanfaat, rizqi yang baik, dan amalan yang Allah terima.
Atau, mintalah kepada Allah ilmu yang bermanfaat serta berlindung agar dijauhkan dari ilmui yang tidak bermanfaat.
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُبِكَ مِنْ عِلْمٍ لاَ يَنْفَعُ وَمِنْ قَلْبٍ لاَ يَخْشَعُ وَمِنْ دَعْوَةٍ لاَ يُسْتَجَابُ لَهَا
Ya Allah Azza wa Jalla , aku berlindung kepadamu dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari hati yang tidak khusyu’, dan dari jiwa yang tidak pernah merasa kenyang, serta dari doa yang tidak dikabulkan
Doa ini diriwayatkan oleh Muslim dari sahabat Zaid bin Arqam radhiyallahu ‘anhu.
Apa contoh ilmi yang tidak bermanfaat? Ilmu yang tidak bermanfaat ialah ilmu yang tidak diamalkan, ia akan menjadi wabal/musibah. Atau ilmu-ilmu dunia yang jelas tidak ada kebaikan dari sisi akhiratnya, seperti ilmu kalam atau ilmu filsafat.
3. Bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu dan rindu untuk mendapatkan ilmu
Dalam menuntut ilmu syar’I yang diperlukan adalah kesungguhan. Tidak layak saat kita mengerjakan ibadah yang mulia ini dengan bermalas-malasan. Kita akan mendapatkan ilmu yang bermanfaatm dengan idzin Allah apabila kita bersungguh-sungguh dalam menuntutnya.
Bagaimana sifat yang bersungguh-sungguh? Yakni selalu hadir dalam majelis ilmu, dan datang diawal waktu.
Imam Syafi’I rahimahullah memberikan kita sebuah nasihat yang indah,
أَخِي لَنْ تَنَالَ الْعِلْمَ إلَّا بِسِتَّةٍ سَأُنْبِيكَ عَنْ تَفْصِيلِهَا بِبَيَانِ
ذَكَاءٌ وَحِرْصٌ وَاجْتِهَادٌوَبُلْغَةٌ وَصُحْبَةُ أُسْتَاذٍ وَطُولُ زَمَانِ
Saudaraku, engkau tidak akan mendapatkan ilmu kecuali dengan enam perkara
Akan aku kabarkan padamu perinciannya degan jelas
Kecerdasan, kemauan keras, semangat, bekal cukup (harta)
Bimbingan ustadz dan waktu yang lama [Diwan Syafi’i]
“Menuntut ilmu itu ga instan, ia membutuhkan waktu yang lama, bahkan hingga seumur hidup kita harus terus menuntut ilmu!”
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : اَلْـمُؤْمِنُ الْقَـوِيُّ خَـيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَـى اللهِ مِنَ الْـمُؤْمِنِ الضَّعِيْفِ، وَفِـيْ كُـلٍّ خَـيْـرٌ ، اِحْـرِصْ عَـلَـى مَا يَـنْـفَـعُـكَ وَاسْتَعِنْ بِاللهِ وَلَا تَـعْجَـزْ ، وَإِنْ أَصَابَكَ شَـيْءٌ فَـلَا تَقُلْ: لَوْ أَنِـّيْ فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَـذَا ، وَلَـكِنْ قُلْ: قَـدَرُ اللهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ، فَإِنَّ لَوْ تَـفْـتَـحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu , beliau berkata, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allâh Azza wa Jalla daripada Mukmin yang lemah; dan pada keduanya ada kebaikan. Bersungguh-sungguhlah untuk mendapatkan apa yang bermanfaat bagimu dan mintalah pertolongan kepada Allâh (dalam segala urusanmu) serta janganlah sekali-kali engkau merasa lemah. Apabila engkau tertimpa musibah, janganlah engkau berkata, Seandainya aku berbuat demikian, tentu tidak akan begini dan begitu, tetapi katakanlah, Ini telah ditakdirkan Allâh, dan Allâh berbuat apa saja yang Dia kehendaki, karena ucapan seandainya akan membuka (pintu) perbuatan syaitan. (Hadits shohih Riwayat Muslim, Ahmad, ibnu Majah, An Nasa’I, dan lainnya.”
Point-point hadits diatas adalah,
1. Bersungguh-sungguhlah dalam hal yang bermanfaat bagi diri kita
2. Selalu minta pertolongan Allah dalam semua urusan
3. Jangan merasa lemah! Harus optimis!
4. Ketika ditimpa musibah, ucapkanlah “Qodarullah wa ma syaa a fa’al/ini telah ditakdirkan Allah, dan Allah berbuat apa saja yang Dia kehendaki..”
Jangan mengucapkan kata seandainya, sebab kata itu akan membuka pintu-pintu perbuatan syaithan.
Atau, dalam nasihat indah yang diberikan dari Yahya bin Abi Katsir rahimahullah,
ولا يستطاع العلم براحة الجسد
“Ilmu tidak akan diperoleh dengantubuh yang santai (tidak bersungguh-sungguh)”[3]
Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إنما العلم بالتعلم والحلم بالتحلم
”Ilmu itu diperoleh hanya dengan belajar dan sifat al-hilm hanya diperoleh dengan cara berusaha.”
(Diriwayatkan oleh Al-Khathib, dinilai hasan oleh Al-Albani)
4. Meninggalkan Dosa & Maksiat Dengan Bertakwa Pada Allah azza wa jalla
Sarana paling besar untuk menuntut ilmu ialah bertakwa, sebagaimana firman Allah dalam Surat Al Baqoroh ayat 282
وَاتَّقُوا اللَّهَ ۖ وَيُعَلِّمُكُمُ اللَّهُ ۗ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
Dan bertakwalah pada Allah, Allah akan memberimu ilmu, dan Allah Maha Mengetahui atas segala sesuatu.
Atau, dalam Al Anfal ayat 29,
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِن تَتَّقُوا۟ ٱللَّهَ يَجْعَل لَّكُمْ فُرْقَانًا وَيُكَفِّرْ عَنكُمْ سَيِّـَٔاتِكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ۗ وَٱللَّهُ ذُو ٱلْفَضْلِ ٱلْعَظِيمِ
Hai orang-orang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, Kami akan memberikan kepadamu Furqaan. Dan kami akan jauhkan dirimu dari kesalahan-kesalahanmu, dan mengampuni (dosa-dosa)mu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.
Apa itu furqon? Dalam ayat ini, maksud furqon adalah hidayah/petunjuk yang dapat embedakan antara kebenaran dan kebatilan
Maka, hendaknya kita menjadi insan yang bertakwa. Dengan apa kita bertakwa? Yakni dengan meninggalkan kemaksiatan, meninggalkan apa-apa yang Allah ta’ala larang, serta mengerjakan apa yang Ia perintahkan.
Seseorang terhalang dari ilmu yang bermanfaat disebabkan banyak melakukan dosa dan maksiat. Sesungguhnya dosa dan maksiat dapat menghalangi ilmu yang bermanfaat, bahkan dapat mematikan hati, merusak kehidupan dan mendatangkan siksa Allah Ta’ala.
Ada nasihat seseorang yang mengatakan, “Sungguh aku mengetahiui seorang lupa terhadap ilmu yang pernah dipelajarinya sebab dosa yang dilakukannya..”
Jadi dari sini kita mengetahui bahwa,
“Dosa adalah penghalang seseorang untuk mendapat ilmu yang bermanfaat..”
Ingat kisah Imam Syafi’I yang mengeluh pada Waki’ tentang lemahnya hafalannya?
Imam Syafi’i rahimahullah pernah berkata,
شَكَوْت إلَى وَكِيعٍ سُوءَ حِفْظِي فَأَرْشَدَنِي إلَى تَرْكِ الْمَعَاصِي وَأَخْبَرَنِي بِأَنَّ الْعِلْمَ نُورٌ وَنُورُ اللَّهِ لَا يُهْدَى لِعَاصِي
“Aku pernah mengadukan kepada Waki’ tentang jeleknya hafalanku. Lalu beliau menunjukiku untuk meninggalkan maksiat. Beliau memberitahukan padaku bahwa ilmu adalah cahaya dan cahaya Allah tidaklah mungkin diberikan pada ahli maksiat.” (I’anatuth Tholibin, 2: 190).
Padahal kita juga mengetahui, bahwasanya Imam Syafii adalah seseorang yang hafalannya amat luar biasa. Beliau menghafal Qur’an diusia 7 tahun, menghafal kitab Al Muwatho’ ketika usia 10 tahun, dan saat berusia 15 tahun, beliau rahimahullah sudah berfatwa.
Lalu mengapa hafalan beliau terganggu? Maka gurunya Waki’ menyuruhnya untuk merenungi dosa dosa apa yang dilakukannya. Setelah Imam Syafi’I rahimahullah merenungkannya, ternyata beliau pernah tidak sengaja melihat betis Wanita yang tersingkap.
Hafalan beliau bisa terganggu karena ketidak-sengajaan. Itu pun sudah mempengaruhi hafalan beliau. Bagaimana lagi pada orang yang senang melihat wajah wanita, aurat mereka atau bahkan melihat bagian dalam tubuh mereka?!
Subhanallah…
Ada lagi syair yang indah luar biasa..
Al-imam Abdullah bin Mubarok berkata:
رأيت الذنوب تميت القلوب وقد يورث الذل إدمانها
وترك الذنوب حيات القلوب وخيرلنفسك عصيانها
Aku melihat dosa dosa itu mematikan hati, dan kecanduan dosa akan mewariskan kehinaan.
Dan meninggalkan dosa akan menghidupkan hati, dan menjadi kebaikan bagi anda menentang dosa-dosa.
Akhirul kalam,
اَللَّهُمَّ انْفَعْنِيْ مَا عَلَّمْتَنِيْ وَعَلِّمْنِيْ مَا يَنْفَعُنِيْ وَزِدْنِيْ عِلْماً
Ya Allah, berilah manfaat atas apa yang Engkau ajarkan kepadaku, ajarilah aku hal-hal yang bermanfaat bagiku, dan tambahilah aku ilmu [HR. at-Tirmidzi dan Ibnu Mâjah, dishahihkan al-Albâni]
Semoga dari sini, Allah ta’ala memudahkan kita untuk menuntut ilmu, dan dengan ilmu baru ini, semoga adab kita saat menuntut ilmu menjadi bertambah lebih baik. Yaa muqollibal quluub, tsabbit qolbi ‘ala diinik.
Semoga bermanfaat ^^
-
Tulisan ini merupakan resume kajian Ustadz Syaiful hafidzhohullah, dalam kajian Senin pagi ba’da Shubuh tanggal 26 Juli 2021
Artikel ini dilengkapi dengan hadits-hadits dari artikel dibawah, sebab saya terkadang lupa lafal hadits yang disebutkan oleh ustadzy. Silahkan klik link dibawah, dan perluas wawasan anda!
Komentar
Posting Komentar