Untuk Bocah Lima Tahun Silam
Nggak ada yang salah dengan yang kamu jalani sekarang. Just, enjoy and take time to relax.
Halo, kita berjumpa lagi, September! Di tahun 2024 ini, aku harap kita dapat berjalan beriringan dengan mudah bagaimanapun duka citanya 🎀✨
Menilik almanak di atas meja, rupanya berlalu sudah 247 hari. Menandakan ganjil sudah 7 bulan terlewati, tak terasa 5 bulan kemudian tahun kan berganti. Kan, lagi-lagi. Cepat sekali dunia ini bergerak, dengan segala kerumitannya kamu tetap hidup dengan baik bukan? Aku yakin, tentu saja. Sebab selama iman dalam genggaman, Allah yang Maha Penyayang akan senantiasa melimpahkan rahmat-Nya. Alhamdulillah, alhamdulillahilladzi bini'matihi tatimmush shalihaat.
Tanpa bertele-tele sebenarnya aku ingin mengungkapkan, time flies so fast (but memories last forever). Oke tolong abaikan empat kata terakhir, bukan itu fokus utama kita.
"Tandanya kamu kurang mengisi hari dengan kegiatan yang bermakna, nduk.." Atau yang semakna itu, ujar Abah. Nampak guratan terbentuk di pipi beliau, menghiasi wajah tatkala tersenyum pasca mendengar keluhanku. Bisa-bisanya bocah sedini ini bicara dengan orangtua berusia dua-tiga kali lipat lebih tua.
Tapi, memang benar ya. Setelah tidak lagi duduk di bangku sekolah, dunia terus bergerak waktu bergulir tanpa 'disadari'. Kalau dulu, saat mendengar kewajiban sekolah di tempat yang sama selama enam tahun memantik keengganan. Bagi anak yang baru saja menghirup dunia luar—waktu itu, enam tahun adalah waktu yang sangat lama!
Oh, rupanya tidak lama. Itu waktu yang singkat. Anggap saja, tiga yang dikali dua. 2021 saja, bukan kemarin hari tetapi tiga tahun lalu.
Jika mengambil contoh di sekeliling, lihat si bungsu. Usianya sudah berapa tahun, dibandingkan ketika kamu pertama kali mengasuhnya? Kalau kataku, "Abah, dia udah besar!" Sudah berulang kali diucapkan ketika timbul perasaan campur aduk melihat dia bukan lagi bayi yang ditimang-timang.
Atau ketika bertemu kerabat jauh, tetiba anaknya sudah masuk SD. Atau kenalan lama, yang adiknya bertambah jumlah. Dan masih banyak contoh lain, mengagetkan dan menunjukkan kalau dunia bergerak secepat itu.
Tentu saja, namanya kehidupan. Setiap fase akan bergulir dan dirasakan setiap insan. Orangtua dulunya adalah seorang anak. Seorang anak akan menjadi orangtua dan berikutnya.
Sehingga, jika aku bertemu dengan sosokku lima enam tahun silam. Aku ingin mengingatkan padanya, bahwa waktu akan cepat berlalu. Selelah apapun dirimu, semembosankan apa hidupmu, dan berbagai keluhan waktu itu tak sebanding dengan hasil kesabaranmu menjalani prosesnya. Aku ingin mengingatkan padanya, untuk menekan rasa tak sabaran penuh angan dan fokus pada tali perjalanan yang sedang dipegang.
Yang kamu jalani sekarang, bukan kesalahan. Tetapi sebuah tantangan, untuk menikmati dan menerima kedatangan duka maupun cita. Pantang mundur dari perjalanan, sebelum memetik buah manis kehidupan.
Kalau aku diberi kesempatan oleh Allah untuk bicara pada anak remajaku kelak, aku ingin berpesan mengenai hal ini padanya sekaligus menepuk bahunya dan berkata, "Nggak papa, sayang. Bunda ada disini, selalu. Menemani kamu gimanapun rintangan yang kamu hadapi."
Semoga demikian akan membuatnya tangguh menghadapi kehidupan, diiringi bekal ketakwaan yang ditanamkan oleh kami, kedua orangtuanya.
📌 Yogyakarta, 4 September 2024 | 12:04 WIB
Catatan: Kalimat terakhir, wkwkwk. Uhuy sekali, rabbi yassir wa a'in birahmatik 🫣✨
Sebuah ide pokok :D |
Komentar
Posting Komentar