Jangan Hidup Kalau Tidak Berani
inframe : my little sister 🤍 - |
Kemarilah anakku, duduk di pangkuan ibu dan dengarkan cerita yang ibu sampaikan.
Anakku sayang, tengoklah sarang burung di dahan pohon itu. Kamu bisa melihat bukan induk dengan ketiga anaknya yang masih kecil-kecil? Ibu punya pertanyaan untukmu, apakah burung kecil tersebut dapat langsung mengangkasa setelah menetas dari telur? Kira-kira bagaimana cara burung semungil itu dapat terbang melanglang buana kelak ketika dewasa?
Tentu tidak sayangku, sama seperti adik bayi yang tidak dapat berlari begitu dilahirkan maka demikian burung tersebut. Ketika mereka menetas, mereka hanya bisa duduk di sangkar menanti induknya memberi makan. Otot di sayap mereka begitu lemah, pun mereka belum tahu bagaimana cara mengepakkan sayap di udara.
Lalu, kapan mereka dapat terbang mengangkasa? Tepatnya setelah waktu yang tidak singkat, anakku.
Pada awalnya mereka hanya melihat ibunya sebagai bekal awal untuk memulai langkah awal. Lalu mereka belajar melompat, jatuh bangkit ke sarangnya, mengencangkan otot sayap dan berkenalan dengan angin yang akan membantunya terbang.
Lalu mereka tidak serta merta menjelajahi dunia, sedikit demi sedikit mulai yang terdekat adalah awal mereka belajar merentangkan sayapnya.
Kenapa mereka harus belajar terbang? Sebab seiring waktu berjalan mereka harus mencari makan sendiri, anakku. Bukan karena induknya tidak sayang, tetapi induk mereka semakin menua dan mereka tidak boleh mengandalkan induknya. Singkatnya, mereka harus berani dan mandiri.
Begitulah hidup anakku, bayangkan jika burung-burung kecil itu tidak berani untuk merentangkan sayapnya. Apa yang akan terjadi jika mereka tidak mau mengambil keputusan untuk melatih kemampuan mereka hanya dengan berkeliling di sekitar sangkar mereka?
Jika mereka tidak berani, maka mereka tidak akan bisa terbang selamanya. Jika mereka tidak terbang, tidak ada makanan yang dapat dimakan lalu mati kelaparan.
Itulah salah satu cara hidup yang harus kita lakukan anakku. Jangan hidup kalau tidak berani, itu kata ibu. Hiduplah ketika kamu mencoba berdiri di atas pijakan kaki sendiri.
Kadang kala manusia itu pengecut dan penakut, anakku. Mereka tidak berani membuat keputusan yang sebenarnya mampu mengubah hidup mereka dalam sekejap. Bukan keputusan yang sulit ia buat, tapi apa yang akan terjadi setelahnya adalah hal yang paling manusia takuti.
Anakku, sesekali ada keputusan yang harus kita buat dengan berani. Ibu tidak memintamu mengambilnya tanpa pertimbangan matang, tetapi pertimbangan yang terlalu panjang itulah yang menghambat kita untuk terus berjalan.
Jadilah pemberani pada segala situasi apapun anakku, hidup akan terus menghadirkan berbagai keputusan yang dapat mengantarkan ke beberapa kenyataan yang harus dijalani. Tak perlu meratapi jika tak sesuai ekspektasi, terus melangkah dengan tatapan tajam ke depan dan punggung yang tegap.
Percayalah anakku, yang harus kita lakukan sejatinya adalah mengimani-Nya. Percaya bahwa tak ada yang salah dari takdir kita, tugas kita hanya menjalaninya dengan sebaik mungkin sesuai kemampuan sebagai manusia. Maka, menjadi berani adalah buah kepercayaan kita pada-Nya sebab Ia-lah sebaik-baik pencipta dan tak ada yang mampu menandinginya.
📌 Yogyakarta, 28 Juli 2024 | 21:46 WIB
Singkatnya, tulisan ini untuk mengingatkan: untuk berani mengambil keputusan terlepas apapun kejutan setelahnya. Sedikit refleksi dari perbincanganku dengan Abah kemarin, even keputusan yang kita buatpun adalah bagian dari takdir. Apa ya, sedikit ada kaitannya dengan istikharah. Sebentar..
Jadi ketika kita memutuskan, itu ya sudah ditakdirkan. Keputusan sedikit banyak akan mengantarkan pada takdir selanjutnya, terlepas keputusan itu akan terjadi atau tidak. Selalu ada jalan bagi takdir untuk berjumpa dengan kita.
Eh tapi kadang kala ketika sudah mencoba take action, ternyata hasilnya tidak sesuai dengan pengharapan. Berarti keputusan yang dibuat, bukan takdir kita, ada takdir lainnya yang akan kita jumpai.
Misal, memutuskan untuk apply job ke perusahaan A. Tentu dilakukan dengan ikhtiar dan doa terbaik untuk melanggengkan keinginan kita. Jika benar kita lolos, berarti ya takdirnya masuk perusahaan tersebut. Kalau misal nggak lolos, yaa berarti nggak ditakdirkan masuk di saat itu. Bisa jadi ada perusahaan B yang lebih membutuhkan, atau barangkali setelah lima tahun lamanya baru kita masuk ke perusahaan A, siapa tahu?
Eh tapi benar ya, takdir yang Allah ciptakan itu unik banget dan nggak ada siapapun yang bisa ngira-ngira. Balik lagi, tugas kita cuma ikhtiar dan banyakin berdoa sambil menyisakan ruang buat pasrah dengan yang akan Allah berikan. Wallahu a'lam.
Btw, topik ini kalau dibicarakan berulang kali intinya sama. Itu-itu aja. Tapi meskipun demikian, pengalaman tiap orang yang menghasilkan kesimpulan itu bisa beda lho. Even orang yang sama, misal B dengan beberapa kejadian yang berbeda tapi menghasilkan hikmah yang sama.
Eh gimana yaa, paham yaa? Subhaanallah deh.
Komentar
Posting Komentar